Ramadhan tahun ini jatuh pada musim kemarau, atau musim panas bagi negara lain. Selain tubuh mudah haus dan dehidrasi, suhu panas membuat seseorang cepat merasa lapar. Tak ada yang lebih menyegarkan dari berbuka puasa dengan yang segar-segar, dingin-dingin, kalau perlu semua ingin dicicipi. Benarkah harus begitu?
Sebagian besar masalah kesehatan, menurut pakar gizi Mahat Mohammed, seperti dikutip Onislam, disebabkan oleh diet tak seimbang dan konsekuensi makan berlebihan.
“Saya sendiri berupaya mendengarkan tubuh. Apa yang saya sadari ialah, ketika saya menyantap sedikit makanan saat makan malam dan Sahur, saya menjadi lebih aktif dan ringan ketimbang ketika saya makan banyak. Tapi presepsi saya yang membuat seolah saya harus makan banyak,” ujarnya.