“Hingga ketika mereka sampai di lemah semut, berkatalah seekor semut, ‘ Wahai semut – semut! Masuklah ke dalam sarang – sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
(Q.S An Naml : 18)
Ayat di atas menerangkan, semut memiliki seorang pemimpin yang punya kepedulian social tinggi untuk menyelamatkan rakyatnya dari bahaya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri ketika ada bahaya mendekati koloninya.
Ayat tersebut juga menjelaskan, hewan ini memiliki ketajaman indera dan sikapnya yang sangat hati – hati, terutama terhadap bahaya. Tidak hanya itu, etos kerjanya juga sangat tinggi. Dengan kesabaran dan kekompakannya, mereka bisa membangun sarang yang besar dan kuat sebagai tempat perlindungan dari mara bahaya. Ini mereka lakukan sepanjang siang dan malam, kecuali malam – malam gelap saat bulan tidak memancarkan sinarnya.
Solidaritas yang terbangun dalam koloni ini juga tinggi. Bila salah satu dari mereka menemukan makanan, ia akan minta tolong teman – temannya membawa makanan tersebut ke dalam sarangnya. Bahkan menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya Syifa’ul Alil fii Masa’il al Qadha’ wal Qadar wal Hikmah wat Ta’lil, ia memanggil teman – temannya hinggan tiga kali. Jumlah semut yang muncul tergantung pada besar dan kualitas makanan tersebut.