“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (H.R Bukhari Muslim)
Hadits Rasulullah SAW tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk menjauhi dan tidak terjerumus di dalamnya. Apalah artinya berpuasa bila hanya meninggalkan kering pada kerongkongan dan lapar di dalam perut?
Berikut ini adalah uraian yang patut direnungkan agar kita tidak termasuk orang – orang yang disinggung dalam hadits Rasulullah SAW tersebut. Kegagalan yang dimaksud tentu bukan sebuah klaim yang pasti. Itu memang hak Allah SWT semata. Tapi setidaknya, kita perlu berhitung dan memiliki neraca agar segenap amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini benar – benar berbobot, hingga kita bisa lulus dari madrasah Ramadhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Amiin..
Pertama, ketika kurang optimal melakukan ‘warming up’ dengan memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban. Ibarat sebuah mesin, memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban berfungsi pemanasan bagi ruhani dan fisik untuk memasuki bulan Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperbanyak ibadah shalat, tilawatul Qur’an sebelum Ramadhan, akan menjadikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa. Dengan begitu, puasa, ibadah malam, memperbanyak membaca Al Qur’an, berdzikir, taqarrub kepada Allah, menjadi lancar.
Mungkin, itulah hikmahnya kenapa Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Aisyah, disebutkan paling banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban. Bahkan sejak bulan Rajab, dua bulan menjelang Ramadhan. Rasulullah dan para sahabat ingin mengkondisikan jiwa dan fisik mereka untuk siap menerima kehadiran tamu agung bulan Ramadhan.
Read the rest of this entry »