“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (H.R Bukhari Muslim)
ARTIKEL : 10 Indikasi “Gagal” Meraih Keutamaan Ramadhan
“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (H.R Bukhari Muslim)
ARTIKEL : 10 Indikasi “Gagal” Meraih Keutamaan Ramadhan
Hari demi harinya adalah rentang waktu lipatan pahala yang tak ada batasnya. Jam demi jamnya adalah rangkuman kasih sayang Allah swt kepada hamba-hamba-Nya. Menit demi menitnya adalah hembusan angin surga yang begitu menyejukkan. Detik demi detiknya ada1ah kesempatan ?yang tak ternilai dibandingkan seumur hidup kita. Maka, mengagendakan aktifitas selama bulan Ramadhan menjadi sangat penting. Disiplin dan hati-hati menjalani hari-harinya harus menjadi tekad dalam hati semua hamba Allah swt yang menghendaki maghfirah dan hidayah-Nya.
Berikut ini adalah contoh bagaimana kita melewati hari demi hari yang penuh kemuliaan itu. Dengan mengikuti kebiasaan dan perkataan Rasulullah, para salafusholih dan juga para ulama yang begitu menyadari kemuliaan Ramadhan, Semoga Allah swt ?menguatkan kita untuk menjadi alumni Ramadhan yang berhasil.
Waktu Sahur hingga Subuh:
Bangunlah sebelum fajar, sekitar pukul 03.00 pagi. lni adalah waktu sepertiga malam terakhir yang istimewa. Lakukan shalat qiyamul lail beberapa rakaat. Jangan lupa bangunkan keluarga untuk shaiat ma1am. Umar bin Khaththab ra biasa mengerjakan shalat malam. Apabila tiba pertengahan malam, beliau segera mernbangunkan keluarganya untuk shalat. la berseru: “Shalat, shalat!” seraya membacakan ayat ini: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerja-kannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kami1ah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (Qs. Thoha: 132)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183)
Bulan Ramadhan, bulan suci nan penuh hikmah itu sedang kita jalani. Ia telah menghampiri kita dengan segenap kemuliaannya. Sebagai hamba Allah yang beriman sudah semestinya kita bersiap-siap menyambut kedatangannya sebagaimana Rasulullah saw selalu mempersiapkan diri untuk menjalani Ramadhan, bahkan dua bulan sebelumnya. Para sahabat selalu berdebar-debar menanti kedatangannya karena takut tak mendapatkan bulan mulia tersebut. Bahkan, kata Allah, jika saja seluruh manusia takut keutamaannya niscaya mereka menginginkan seluruh bulan itu adalah Bulan Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan ‘obral’pahala, ‘diskon’dosa besar-besaran, dan ‘doorprize’lailatul qadar.
Hal-hal apa saja yang harus kita persiapkan menyongsong Ramadhan? Berikut ini beberapa rambu agar Ramadhan kita kali ini tidak terlewat begitu saja.
Pertama, anggaplah Ramadhan kali ini adalah kesempatan Ramadhan terakhir. Kehilangan momentum Ramadhan kali ini, berarti kita kehilangan momentum yang sangat berharga untuk kelanjutan kehidupan setelahnya. Tak ada manusia yang mengetahui batas usia yang Allah berikan.
Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah Ramadhan adalah pohonnya. Mediumnya adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang kita tanam di medium Ramadhan, itulah yang akan kita petik, itulah yang akan kita nikmati. Karena “siapa menanam dia yang menuai”.
Pertanyaannya; Pohon apa saja yang perlu kita tanam di bulan suci ini?
Paling tidak ada 10 pohon Ramadhan yang mesti kita tanam di medium bulan Ramadhan ini:
Pohon pertama, shaum. Tidak sekedar menahan hal yang membatalkan shaum –makan, minum dan berhubungan biologis- dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari saja. Karena, kalau hanya sekedar menahan yang demikian, boleh jadi anak kecil, usia SD bisa melakukannya. Betapa anak-anak kita sudah belajar shaum semenjak dibangku sekolah bukan?
Nah, kalau demikian, apa bedanya shaumnya kita dengan mereka?
Harus ada nilai lebih, yaitu menjaga dari yang membatalkan nilai dan pahala shaum.
“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (H.R Bukhari Muslim)
Hadits Rasulullah SAW tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk menjauhi dan tidak terjerumus di dalamnya. Apalah artinya berpuasa bila hanya meninggalkan kering pada kerongkongan dan lapar di dalam perut?
Berikut ini adalah uraian yang patut direnungkan agar kita tidak termasuk orang – orang yang disinggung dalam hadits Rasulullah SAW tersebut. Kegagalan yang dimaksud tentu bukan sebuah klaim yang pasti. Itu memang hak Allah SWT semata. Tapi setidaknya, kita perlu berhitung dan memiliki neraca agar segenap amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini benar – benar berbobot, hingga kita bisa lulus dari madrasah Ramadhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Amiin..
Pertama, ketika kurang optimal melakukan ‘warming up’ dengan memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban. Ibarat sebuah mesin, memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban berfungsi pemanasan bagi ruhani dan fisik untuk memasuki bulan Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperbanyak ibadah shalat, tilawatul Qur’an sebelum Ramadhan, akan menjadikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa. Dengan begitu, puasa, ibadah malam, memperbanyak membaca Al Qur’an, berdzikir, taqarrub kepada Allah, menjadi lancar.
Mungkin, itulah hikmahnya kenapa Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Aisyah, disebutkan paling banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban. Bahkan sejak bulan Rajab, dua bulan menjelang Ramadhan. Rasulullah dan para sahabat ingin mengkondisikan jiwa dan fisik mereka untuk siap menerima kehadiran tamu agung bulan Ramadhan.